khususnya pakaian renang kaum wanita yang saya sarikan dari berbagai sumber.
Bicara tentang pakaian renang, maka yang terbesit dalam pikiran kita
adalah busana serba minim dengan tujuan memberikan keleluasaan gerak
tubuh dalam air serta mengurangi risiko penyakit kulit, namun di sisi
lain juga dinilai sebagai pakaian yang dapat meningkatkan libido para
pemirsanya. Pada tahun sembilan puluhan, wanita berpakaian renang masih
lumayan sering muncul di televisi, baik itu dalam film maupun iklan.
Namun, akhir-akhir ini adegan artis berbusana minim tersebut selalu
menjadi sasaran gunting sensor, atau paling tidak dibuat buram. Hal ini
dikarenakan pakaian renang dianggap tabu oleh sebagian masyarakat dan
melanggar norma kesopanan.
Sungguh mengejutkan, pandangan senada juga pernah terjadi di negara yang
menjunjung tinggi kebebasan, yaitu Amerika Serikat. Pada tahun 1950-an
negara adikuasa ini pernah memasang pengumuman “dilarang mengenakan
pakaian yang tidak sopan” sebagai tindak lanjut atas penemuan bikini di
Prancis yang banyak menjadi bahan pembicaraan di mana-mana. Pada saat
banyak wanita berenang dan berjemur di pantai-pantai Prancis, Italia,
Spanyol, dan Brasil mengenakan bikini, Amerika justru melarang keras,
karena menampakkan pundak saja sudah dianggap perbuatan tidak sopan di
negeri itu.
Kegiatan berenang atau mandi bersama sebenarnya telah menjadi tradisi
masyarakat pada zaman Romawi Kuno. Namun, saat itu masyarakat tidak
mengenal pakaian mandi ataupun pakaian renang, karena mereka
melakukannya dalam keadaan telanjang. Memang ditemukan adanya lukisan
mozaik peninggalan Kekaisaran Romawi dari tahun 300 Masehi yang
menggambarkan sejumlah wanita berpakaian mirip bikini sedang berolah
raga dan menari, namun tidak ada bukti bahwa pakaian tersebut juga
digunakan untuk berenang.
Setelah Kekaisaran Romawi runtuh, tradisi mandi bersama pun ikut punah.
Kegiatan berenang di laut kemudian muncul kembali, dengan dipelopori
para bangsawan Prancis sebelum Revolusi 1789. Seiring dengan
perkembangan zaman, kebiasaan berenang di laut menjadi suatu acara yang
menyenangkan, baik itu dilakukan oleh pria maupun wanita. Khusus untuk
wanita dibuatkan semacam tempat tertutup untuk berganti pakaian yang
dibangun di atas roda sehingga dapat dipindahkan ke mana-mana. Alat ini
disebut dengan nama “bathing machine”.
Masyarakat pun membutuhkan pakaian renang yang layak untuk memudahkan
mereka bergerak di dalam air, namun di sisi lain juga tidak melanggar
norma-norma kesopanan. Pakaian renang para wanita kala itu didesain
memiliki pemberat yang dijahitkan di dalam keliman untuk mencegah kain
naik ke atas dan memperlihatkan kaki mereka. Pakaian ini umumnya disebut
“the bathing gown” alias gaun mandi.
Pada akhir abad ke-19 diciptakan model pakaian renang baru yang lebih
ringan, disebut “pricess cut”, yaitu gabungan antara baju dan celana
yang dilengkapi dengan rok pula.
Pada tahun 1907 Annette Kellerman, seorang perenang dari Australia
mengadakan pertunjukan "balet wanita dalam air" di Pantai Boston,
Amerika Serikat. Dalam acara itu, ia ditangkap karena mengenakan pakaian
renang pas badan yang menunjukkan lekuk tubuhnya, dan menampakkan
bagian lengan, kaki, dan leher. Penangkapan ini mengundang sejumlah
protes yang membuat pantai-pantai menjadi lebih longgar dalam membatasi
pakaian renang beberapa waktu kemudian.
Maka, rancangan pakaian renang pun menjadi lebih praktis dan ringan.
Pada 1913, perancang busana bernama Carl Jantzeen menciptakan pakaian
renang “two-piece” pertama yang disusul kemudian pada 1921 perusahaan
pakaiannya yang bernama Jantzeen Knitting Mills meluncurkan pakaian
renang wanita model “one-piece” yang kemudian sangat digemari
masyarakat, serta digunakan dalam sebuah kontes kecantikan di Kota
Atlanta, Amerika Serikat.
Setelah Perang Dunia Kedua, model pakaian renang menjadi lebih berani.
Gerakan emansipasi wanita membuat kaum perempuan menjadi lebih terbuka
dalam berpakaian. Salah satunya ialah dengan ditemukannya pakaian renang
minim bernama “atome” pada tahun 1946 yang berbentuk celana pendek dan
kutang oleh seorang perancang bernama Jacques Heim. Ia mempromosikan
ciptaannya itu di Pantai Cannes, dengan menulis kalimat spanduk yang
diikat pada sebuah pesawat terbang : “Atome, pakaian terkecil di dunia”.
Hanya beselang tiga minggu kemudian, seorang insinyur mesin yang alih
profesi menjadi perancang pakaian renang bernama Louis Reard menciptakan
pakaian renang fenomenal model “two-piece”, bernama “bikini”. Ia juga
menerbangkan slogannya yang berbunyi : “Bikini lebih kecil daripada
pakaian terkecil di dunia”. Diduga nama bikini ini diambil dari nama
Bikini Atoll, yaitu sebuah pulau karang kecil yang hancur meledak karena
dijadikan uji coba bom nuklir Amerika lima hari sebelumnya. Terbukti,
penjualan bikini pun kelak “meledak” pula di pasaran. Hal ini antara
lain dikarenakan bikini menampakkan pusar si pemakai yang kala itu
dianggap tabu untuk diperlihatkan.
Karena para model langganannya menolak, Reard pun menyewa seorang penari
erotis dari Casino de Paris bernama Micheline Bernardini untuk
memeragakan bikini pada 5 Juli 1946 di Piscine Molitor, sebuah kolam
renang umum di Kota Paris. Usaha ini berhasil memancing reaksi pro
kontra di mana-mana, terutama dari Gereja Katolik, Vatikan. Sementara
itu, International Herald Tribune pun menurunkan sembilan tulisan
tentang bikini, yang antara lain membahas kemungkinan pakaian renang
berbahan irit tersebut diterima di Amerika.
Pemerintah Amerika sendiri kala itu masih konservatif dan melarang
pemakaian bikini yang dianggap melanggar norma-norma kesopanan. Akan
tetapi, tidak sedikit kaum perempuan negeri adikuasa tersebut yang
diam-diam menyukainya. Kebanyakan dari mereka menjadi turis di luar
negeri untuk bisa mengenakan bikini di pantai, atau setidaknya berbikini
di kolam renang belakang rumah bagi mereka yang tidak memiliki dana
atau waktu luang untuk pergi melancong. Bahkan, akibat ditemukannya
bikini, dalam kurun waktu sepuluh tahun, yaitu antara 1949 – 1959 jumlah
kolam renang di Amerika meningkat dari 2.500 menjadi 87.000.
Pro kontra bikini di Amerika pun mendapat sindiran dari majalah Newsweek
dengan tulisan berjudul : “Bikini adalah komoditas yang penuh
kontroversi, dikecam, diboikot, namun laris diperdagangkan.” Bikini
akhirnya diterima di Amerika setelah pada tahun 1956 aktris Bridget
Bardot dipotret dengan mengenakan pakaian renang jenis two-piece ini
pada Festival Film Cannes. Kemudian pada tahun 1962 Ursula Andress juga
tampil berbikini dalam sebuah adegan pada film James Bond pertama, yaitu
Dr. No, membuat pakaian ini semakin terkenal.
Pada tahun 1964, seorang perancang terkenal asal Amerika bernama Rudi
Gernreich menciptakan “monokini” atau topless bikini, alias bertelanjang
dada. Reaksi publik pun berdatangan. Antara lain tidak sedikit yang
mengatakan bahwa bikini topless adalah pakaian cabul yang sangat
menjijikkan. Tak kenal menyerah, pada tahun 1974 Rudi pun menciptakan
“thong swimsuit”, yang dari muka tampak tertutup, namun terbuka pada
bagian punggungnya. Pakaian renang ini merupakan evolusi dari model
“one-piece swimsuit” namun dengan kerung paha lebih tinggi.
Pada tahun 1990, Carol Wior merancang pakaian renang yang tidak hanya
melulu soal gaya dan nuansa sensual, tetapi lebih ke arah fungsi dan
kegunaanya. Pakaian renang jenis ini kemudian dipatenkan menjadi
pakaian renang wanita yang mutakhir dengan model "slimsuit".
Manfaat berenang yang menyehatkan badan pun menjadi perhatian pula bagi
kaum Muslimah, namun di sisi lain dibatasi oleh syariat agama yang
melarang mereka memperlihatkan anggota tubuh, kecuali wajah dan telapak
tangan. Hal ini mendorong seorang perancang asal Lebanon-Australia
bernama Aheda Zanetti yang menciptakan “burkini”, yaitu gabungan dari
kata “burqa” dan “bikini”. Akan tetapi, pada Agustus 2009, seorang
wanita di Prancis dilarang terjun ke kolam renang umum karena mengenakan
burkini, dengan alasan pakaian ini terlalu lebar sehingga dapat menjadi
sarang bakteri apabila cukup lama digunakan dalam keadaan basah.
Demikianlah, pakaian renang yang pada awalnya dirancang dengan lebih
memerhatikan segi kesopanan, kini telah berubah menjadi komoditas
menguntungkan. Pasar pakaian renang global pada tahun 2015 diperkirakan
dapat mencapai 17,6 dollar, dan ini belum termasuk industri lain yang
berkembang dari populernya bikini, seperti bikini waxing dan salon
tanning. Sejarawan mode asal Prancis bernama Olivier Saillard
berpendapat, bikini diterima masyarakat adalah karena “the power of
women, and not the power of fashion”. Ia pun menjelaskan bahwa,
emansipasi pakaian renang selalu terkait dengan emansipasi dan
pemberdayaan perempuan.